Aku dan Permataku

September 27, 2023 0 Comments

Sebenarnya saya lebih suka mewujudkan kisah ini menjadi sebuah cerita pendek. Ternyata berakhir menjadi sebuah artikel yang saya saja tidak yakin bisa membuatnya. Hmm.

Baiklah … apa teman-teman tetap akan membaca tulisan ini? Tulisan yang berisi tentang orang-orang hebat. Siapa, ya, kira-kira? Yuk, lanjut dibaca!

Bermula pada tanggal 16 Agustus 2016. Hari pertama saya masuk kerja. Duh … kalau masih ingat, saat itu rasanya benar-benar mendebarkan. Ya, gimana, ya. Saya tipe yang agak malu, takut kalau nanti kinerja saya tidak memuaskan untuk tim. Tapi setelah saya berkaca pada seorang kepala sekolah di TB IT Permata 2, saya jadi paham bagaimana ketika harus menghadapi dunia kerja. Beliau sangat menginspirasi. Bahkan ketika saya sempat bingung memilih jurusan kuliah, beliau mendengarkan dan menjawab pertanyaan saya dengan baik. Eh … tunggu! Teman-teman tahu, kan, siapa yang  dimaksud? Oh, tidak? Beliau adalah Ibu Umi Khoiroh. Kepala sekolah SIT Permata dengan segudang prestasi. Kinerjanya sangat baik, cekatan, dan selalu on time pada tugas.

Awal bekerja, saya diamanahkan sebagai pengasuh putra Bu Umi. Aqlan namanya. Sungguh saya belum pernah tahu bagaimana caranya ngemong balita. Saat itu Aqlan berusia kurang lebih 7 bulan. Saya belum tahu caranya menggendong yang benar, menghibur ketika nangis dan apapun itu tentang pengasuhan. Pernah saat itu Aqlan menangis tiada henti. Saya bingung harus bagaimana. Diberi susu sudah, digendong sambil jalan sudah, disetelkan musik anak pun sudah. Tapi Aqlan masih tetap menangis, rasanya ingin menangis sendiri saja. Alhamdulillah kemudian saya dibantu guru lain yang baru selesai dari pekerjaannya. Beliau lebih senior dan paham caranya. Benar saja, setelah lima menit digendong , Aqlan sudah bisa tenang. Saya  berpikir, apa jangan-jangan Aqlan tidak nyaman dengan saya? Entahlah … hehe.

Satu tahun kemudian, di tahun ajaran baru. Bu Umi menempatkan saya di kelas kecil. Menjadi pendamping Bu Yani, yang saat itu menjabat sebagai wali kelas di kelas ta’. Saya juga kembali belajar cara mengajar di dalam kelas, yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Pengalaman baru pun bertambah. Bagaimana caranya mengajar dengan asyik dan menarik agar anak-anak tertarik untuk selalu mendengarkan. Itu merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Tapi saya menikmati proses ini. Sampai suatu saat saya sudah dipercaya menjadi wali kelas di kelas kecil. Masyaallah.

Setelah tiga tahun bekerja bersama beliau. Ternyata beliau melepaskan jabatannya pada tahun 2019 akhir. Ada tangis saat itu. Tentu saja bukan drama. Tapi memang tangis haru dan sedih karena kerjasama yang baik selama ini sudah berakhir. Kepala Sekolah TB IT Permata 2 digantikan oleh Bu Husnul Hidayati. Orang kedua yang menginspirasi saya. Beliau orang yang lapang dada. Bagaimana tidak, teman-teman. Saya sempat membuat kesalahan fatal pada beliau di tahun 2023. Bisa dibilang saat itu beliau kecewa besar pada saya. Kinerja saya turun drastis, dan saya sempat megeluh. Namun, hebatnya, beliau masih bisa memaafkan saya. Berbincang dengan saya seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan beliau sempat memberi saya saran, bahwa pintu kantor akan selalu terbuka lebar. Jadi jika ada yang ingin disampaikan dan dikeluhkan, saya dipersilakan masuk menghadap beliau.

Saya menangis saat itu. menyesali apa yang sudah terjadi. Padahal saya pernah bertekad ingin menjadi guru SIT Permata yang baik. Tapi malah saya rusak sendiri. Bukannya membela diri, saat itu kebetulan saya sedang transisi dari seorang perempuan yang tidak bisa apa-apa, menjadi seorang ibu baru untuk bayi mungil. Saya kelimpungan antara pekerjaan dan mengasuh anak. Tapi Alhamdulillah nih, teman-teman, semua sudah selesai berkat beliau yang bisa mengademkan suasana lagi.

Di tahun ini juga, kami kehilangan satu teman yang sangat berarti. Beliau orang yang sabar selama ini, santun saat berbincang dan baik akhlaqnya. Tanggal 3 Juni 2023 beliau masih masuk mendampingi anak-anak TPA. Wajahnya memang terlihat lebih berseri dari hari sebelumnya. Namun, sayangnya, di tanggal 6 Juni pukul 20.00 WIB, kami mendengar kabar duka dari beliau. Setelah berjuang melahirkan putranya di siang hari, beliau sempat dirujuk ke rumah sakit yang lebih memadai di kota kami. Tapi beliau berpulang karena Allah sayang. Tidak ada yang bisa membendung air mata. Sebab beliau meninggalkan kenangan yang terlalu manis.

Melepas kisah teman kami. Almarhum Bu Inge. Pada Bulan Agustus kemarin, saya kembali dikejutkan dengan berita pergantian kepala sekolah yang akan dilaksanakan pada akhir semester. Karena kepala sekolah kami akan dipindah ke TK IT Permata 2. Namun, selang beberapa hari, ternyata saya dipanggil ke kantor. Bu Husnul menyampaikan bahwa beliau tidak bisa meninggalkan TB IT Permata 2 begitu saja. Lalu beliau menawarkan saya yang mrnggantikan perpindahannya. Sempat bingung, karena beliau juga memberi waktu hanya satu hari untuk memikirkan jawaban. Satu sisi sudah nyaman mengajar anak-anak TB, satu sisi lainnya juga merasa tidak mungkin akan berada di zona nyaman terus. Semua pasti berganti dan berjalan sesuai alur dari Allah. Benar saja, keesokan harinya—setelah berdiskusi panjang dengan orang-orang terdekat—saya langsung menghubungi Bu Husnul untuk mengiyakan tawarannya. Beberapa hari kemudian, Bu Husnul memanggil saya ke kantor dan menjelaskan bahwa saya sudah bisa bergabung bersama guru TK 2 per tanggal 4 September. Agak dag dig dug rasanya. Persis seperti perasaan saat pertama kali kerja di TB 2. Bedanya, saat ini juga harus merelakan anak-anak di kelas. Padahal baru bermain dan belajar bersama mereka selama satu setengah bulan, sekarang sudah harus pergi. Tidak apa-apa, harus tetap semangat! Sebab perjalanan manis tidak selalu di lajur kehidupan kita.

Saat sudah masuk ke TK 2,  semua guru memang sudah kenal. Jadi adaptasi dengan tim baru tidak secanggung dulu. Di sini kembali dipertemukan dengan orang-orang yang semangat dalam bekerja. Kepala sekolahnya juga tidak beda jauh dengan kepala sekolah TB 2 yang dulu, guru SIT Permata yang prestasinya segudang. Teman-teman tentu tahu dong siapa beliau? Yup! Ibu Ima. Beliau kalau berjalan saja sudah kelihatan wibawanya. Hawa orang cerdas gitu. Huhu.

Di TK 2, saya diamanahkan menjadi guru kelas A3, alhamdulillah didampingi oleh Bu Eny. Karena sangat tidak mungkin jika awal mengajar tidak didampingi siapa pun. Semua guru juga saling bantu dan mengingatkan juga menginformasikan pada saya apa pun tentang sekolah dan anak-anak. Karena selain usia anaknya yang berbeda, pasti tingkat stimulasi anak-anak juga berbeda. Sempat nervous pertama kalinya. Tapi karena terus-terusan dibimbing oleh Bu Eny, perlahan perasaan itu hilang, berubah menjadi agak percaya diri. Hehe.

Semoga saya bisa lebih baik lagi dengan tim kerja yang baru ini. TB IT Permata 2 dan TK IT Permata 2 sama-sama menyenangkan bagi saya. Tidak ada yang perlu dibandingkan. Sebab memang tidak ada bunga yang bentuknya sama. Karena masing-masing bunga memiliki ciri khas tersendiri.

Tamat

 

BIODATA PENULIS

Kenkinasih. Kelahiran Probolinggo yang sebenarnya lebih suka menulis cerpen. Hehe.

Saat ini mengajar di TK IT Permata 2 bersama guru hebat lainnya.

berikut foto saya dan anak saya. hehe

 

0 Reviews

Write a Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *