CAHAYA ITU

September 23, 2023 0 Comments

“Sudahlah, seperti ini saja! kamu juga terlihat cantik”

“Tidak! Sampai kapan kamu akan terus mengikuti nafsu mu itu?”

Lagi, iya. Beberapa kali percakapan kepala dan batin ku bergulat mengenai banyak hal kala itu.

Aku salah satu anak perempuan dari 4 bersaudara yang lahir dalam keluarga sederhana di kota kecil di Jawa Timur bernama Probolinggo.

Aku anak kedua yang memiliki kakak perempuan dan 2 adik laki laki, lahir dalam keluarga sederhana dalam urusan dunia juga menjadikan sederhana urusan agama keluarga ku, bahkan bisa dikatakan minim sekali.

Lulus sekolah dari SMK Pelayaran membuat aku memiliki banyak teman laki laki, seperti yang sudah diketahui pada umumnya tentu seragam dari sekolah Pelayaran adalah semacam ketentuan sekolah pendidikan yang identik dengan kerapian.

Tahun 2021 adalah tahun pertama ku mengenal agama, tidak tidak! Lebih tepatnya cara berpakaian yang berbeda bagi seorang perempuan. Figur itu adalah kakak perempuanku, yang kala itu baru saja memutuskan untuk keluar dari lembaga ribawi di Pasuruan dan memutuskan untuk belajar lebih dalam mengenai agama sekaligus bekerja di salah satu lembaga agama di Probolingo, apakah aku langsung tertarik?  Tentu saja tidak, aku justru menganggap itu hal yang aneh, bagaimana tidak?! “kenapa kerudungnya panjang sekali?” “kenapa harus pakai gamis?” “ kenapa pakai kaos kaki?” “apakah tidak gerah?” adalah beberapa pertanyaanku saat itu. Tidak banyak informasi yang aku dapatkan mengenai perubahan kakak ku kala itu, ya sudah pada akhirnya aku biarkan saja.

Di tahun itu rutinitas harianku masih sama, aku bekerja di salah satu perusahaan wisata di Probolinggo, kala itu aku menjabat sebagai staff IT. Ya, sebelum akhirnya lama bekerja di jabatan ini aku pernah bekerja di beberapa perusahaan lain sebelumnya, aku pernah menjadi pegawai Bank, menjadi admin kantor kapal, bahkan juga pernah menjadi seorang kasir toko.

 

Memiliki cukup banyak pengalaman kerja dan bertemu dengan banyak orang menjadi faktor pembentuk karakter ku, yang saat itu harus aku akui dibangun atas relasi pekerjaan dan pertemanan semasa sekolah, berlatar belakang itu semua menjadikan aku pribadi yang keras kepala, tidak mau diatur bahkan cukup tempramental.

Sampai pada akhirnya  aku memutuskan untuk resign saat itu dari pekerjaanku pada tahun 2022 bulan Januari karena satu dan dua hal, salah satunya adalah “lingkungan yang sudah tidak sehat” .

Tidak berselang lama aku diterima di salah satu departement store, aku menjadi kasir kembali. Aku sangat bahagia kala itu, aku merasa menemukan dunia baru, teman yang sudah seperti keluarga baru, bahkan lingkungan yang jauh lebih baik daripada tempatku bekerja sebelumnya, tidak pernah terbesit sedikitpun ingin berhenti dari pekerjaan baru ku ini, akan tetapi beberapa bulan bekerja aku harus menerima keputusan pahit bahwa status training ku tidak dilanjutkan menjadi karyawan tetap karna ternyata saat itu hanya dibutuhkan tenaga tambahan untuk menghadapi momen Idul Fitri.

 

Aku bersyukur Allah mempercayai banyak kemampuan kepadaku, salah satunya kemampuanku mengajar di bidang pendidikan umum, sudah sangat lama bahkan semenjak semasa sekolah aku di percaya beberapa orang tua untuk mengajar les anak anaknya. Berselang dari pekerjaan terakhirku aku kembali mengajar les di rumah untuk mengisi waktu luangku sambil terus mencari pekerjaan baru.

Hari berganti bulan, aku tak kunjung mendapatkan pekerjaan baru sampai tidak terasa aku sudah tidak memiliki pekerjaan tetap hampir satu setengah tahun, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan apapun, karena selama dirumah pun aku sudah memiliki penghasilan dari mengajar les dan waktu yang lebih banyak.

Berbulan bulan aku berada di dalam zona nyaman, aku menjalani aktifitasku dengan biasa saja sampai pada akhirnya hari itu datang. Batinku terus bergejolak sepulang dari salah satu departement store dengan kakak Perempuan ku “Aku malu” gumam batinku. Iya, aku merasa sangat malu malam itu, tentu beralasan “bagaimana bisa pakaian membuat orang lain sangat menghormati kakak ku dengan tidak ingin bersentuhan saat tak sengaja berpapasan di rak rak produk” pikir ku. Aku yang kala itu masih menggunakan pakaian berkerudung minim saat ini, bak tertampar dan terus memikirkan asumsi orang saat melihat aku dan kakak ku berjalan bersama.

Hatiku tergerak, lebih tepatnya penasaran. Mengapa hal semacam itu bisa terjadi tanpa aksi yang dilakukan? Tetapi peristiwa semacam itupun belum cukup mampu meyakinkan ku untuk mengganti pakaian yang aku kenakan.

Tahun baru 2023 sudah di depan mata, seperti tahun tahun sebelumnya malam itu aku selalu berkumpul dengan 6 sahabat ku dari semasa smp hingga saat ini untuk menyambut tahun baru.

Memasak, bercanda, saling berbagi kehidupan masing-masing, sampai mengabadikan kenangan kami malam itu dengan berfoto bersama kami lakukan. Tidak ada yang aneh, selepas selebrasi di atas jam 12 kami berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Hari hari selanjutnya aku jalani seperti biasa, sampai tak terasa sudah masuk bulan kedua di tahun 2023, di bulan ini hari hariku terasa sangat asing, gundah, bahkan cukup gelisah, aku sendiri tidak tau pasti apa penyebabnya, sampai di satu waktu selepas sholat maghrib aku merenung atas kegelisahan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya “kenapa ini? Rasanya aku tak pernah merasa segundah ini” sampai aku sadari yang aku butuhkan adalah “Kembali”.

 

Sudah lama aku rasa Allah memberiku petunjuk untuk menjadi Muslimah yang lebih baik, tapi aku terus menyangkalnya dengan selalu berfikir bahwa itu semua hanya sebatas perasaanku saja.

Diatas sajadah aku menangis sambil berkata “Ya Allah, bantu aku” .

Pagi datang menjelang, aku beraktifitas sambil bergumam “ apakah tadi malam aku sedang mendapat “Hidayah” ?”

Perlahan aku mengganti cara ku memakai hijab, hijab yang dulu aku ikat ke belakang mulai aku turunkan, celana yang dahulu membentuk kaki ku aku ganti dengan yang lebih longgar, bahkan aku sudah tidak lagi keluar rumah hanya untuk bersenang senang. Apakah aku nyaman? Tentu saja tidak, saat itu aku berperang setiap hari dengan diriku sendiri.

Aku cukup belajar dari salah satu nasihat yang bunyinya “Hidayah itu tidak datang begitu saja, tapi kamu lah yang harus menjemputnya” Perlahan tapi pasti pakaianku mulai bermetamorfosis, aku mulai mengenakan gamis, walau masih pendek dan kecil kerudungku sudah mulai tertutup, bahkan yang sampai saat ini aku banggakan dari diriku sendiri adalah aku sudah paham bahwa kaos kaki adalah wajib karena kaki adalah bagaian dari aurat seorang wanita.

 

Ternyata kegelisahanku tidak berhenti pada saat itu saja, kali ini aku berfikir dan terus bertanya “Apakah kesulitanku mendapat pekerjaan juga disebabkan oleh sikap atau perilaku diriku selama ini?” aku takut dan terus khawatir “Bagaimana jika Allah tidak menyayangiku lagi?” “Bagaimana jika Allah marah kepadaku” ah aku selalu sedih membayangkannya.

Sebenarnya beberapa kali aku mendapat panggilan test bekerja dan interview, tetapi tidak satupun ada yang sampai di tahap finish.

Setiap usai sholat aku selalu merenung dan sedih, sampai pada satu titik aku merubah do’a ku. “Ya Allah, bantu aku memiliki pekerjaan yang memudahkanku untuk terus menggunakan pakaian syar’i seperti saat ini, do’a ini terus aku ulang setiap ada kesempatan.

 

Siang itu aku baru saja selesai sholat, handphone ku berbunyi tanda pesan baru dari whatsapp masuk, pesan yang berisi undangan test tulis dari “Yayasan Amanah” astaga aku baru ingat beberapa minggu yang lalu aku menaruh lamaran pekerjaan di beberapa lembaga. Ya, kala itu aku kira panggilan test tersebut dari lembaga lain, karna pada saat itu aku juga sedang melamar pekerjaan di sebuah rumah sakit.

 

Pada hari yang sudah dijadwalkan aku datang ke alamat lembaga di pesan tersebut, walau sempat tersesat pada akhirnya aku sampai di tempat.

Degup jantungku berdecak kagum, karna pemandangan pertama yang aku lihat adalah lingkungan yang sangat tenang, aku juga melihat cara berpakaian yang sangat aku idamkan dalam bekerja bagi para pegawai di Lembaga ini, yang saat itu masih belum jelas aku kenal dan tahu lebih dalam. Bagaimana tidak? Aku yang saat itu masih sangat baru merubah cara berpakaianku di beri kesempatan untuk bisa datang dan melihat langsung bahwa masih ada lingkungan kerja yang cara berpakaiannya sesuai dengan syariat agama, iya ternyata Lembaga ini adalah Yayasan Amanah yang menaungi lingkungan “Sekolah Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo”

 

Singkat cerita tes dan interview aku lewati, dalam proses perekrutan pun banyak hal yang membuat aku kagum, kami para calon pegawai di tes dengan cara yang ada kaitannya dengan keagamaan kami, termasuk kemampuan membaca Al-Qur’an.

Beberapa hari setelah mengikuti tes, kembali masuk pesan dari Yayasan untuk datang.

Sesaat menunggu aku dipanggil masuk dan langsung diberi surat tugas untuk ditempatkan di TPA-TB IT Permata 2 sama dengan formasi kebutuhan di sekolah ini, tempat aku menaruh dan melamar pekerjaan sebelumnya. Sempat aku bingung, bahkan memastikan kepada pegawai yang bertugas memberi ku surat tersebut dengan bertanya “Apa ini artinya saya diterima, Bu?” “Iya betul” jawabnya.

Ma syaa Allah, aku keluar dengan keadaan berkaca-kaca, air mataku tak terbendung lagi kala itu dijalan, aku menangis sejadi-jadinya mengingat pada akhirnya aku mendapat pekerjaan baru.

Aku terus menangis dan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah atas karunia-Nya, aku bak mendapat hadiah utama dalam sebuah lomba, pertama aku diberikan amanah baru berupa pekerjaan kedua Allah langsung memberi tempat yang sesuai dengan do’a ku, yaitu pekerjaan yang bukan hanya memungkinkan tapi mengharuskan pegawai perempuannya mengenakan pakaian syar’i.

“Ya Allah ini lebih dari apa yang aku minta” gumamku.

Hari itu aku resmi berada dalam naungan “Sekolah Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo”

Sama seperti hari pertama aku menginjakkan kaki di sekolah tempatku ditugaskan, hari selanjutnya selalu terasa menyenangkan, lingkungan yang baik, rekan kerja yang merangkul aku dengan kebaikan dan ketulusan, dan tentu anak anak sholeh dan sholehah yang selalu menjadi penyemangatku untuk terus berangkat bekerja. Ah kebaikan apa yang sudah aku lakukan sampai Allah memberiku banyak kebaikan seperti saat ini, pikirku. Alhamdulillah.

Meski usia ku bergabung dengan TPA TB IT Permata 2 ini belum genap 2 bulan saat aku menuliskan cerita ini, aku berharap dan terus ingin menjadi bagian dari lembaga ini.

“Sekolah Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo” bak cahaya yang datang di saat semua kegundahan dan kegelisahanku mengenai dunia hampir menghancurkan semangat bahkan harapan yang selalu aku langitkan.

Kegiatan menyenangkan yang dicipatakan lembaga ini sering kali terus menginspirasi diriku sendiri untuk terus berkembang dan bermanfaat bagi orang lain termasuk anak anak hebat yang dititipkan di TPA TB IT Permata 2, kegiatan tersebut bisa dilihat di akun instagram kami di laman https://instagram.com/tpatbitpermata2?igshid=MWZjMTM2ODFkZg== .

 

Tentu aku sangat sadar bahwa ceritaku tidak akan sebanding dengan banyak nya rekan guru/staff lain yang sudah memiliki jam terbang lebih lama dalam lembaga ini, tetapi aku berharap banyaknya kebaikan yang diperoleh rekan yang sudah lama bergabung dengan “Yayasan Amanah” kelak juga akan selalu aku dapatkan, aamiin.

 

Izinkan aku menambahkan gambaran kaeadaan ku lewat tulisan yang aku buat kala itu saat aku sedang merasa sangat terpuruk dengan kegelisahan yang pernah aku rasakan.

 

“Tatapanku jatuh pada sajadah lama yang berada tepat di hadapanku. Corak dari tahun tahun yang sudah lewat itu menegaskan bahwa kesukaran masa laluku usai, sementara Engkau menemaniku kejadian demi kejadian. Pada masanya, aku bergerak mencari penyembuh, kesana dan kemari. Lalu dengan-Mu aku tahu, tak harus terlihat untuk mengobati, aku mengembalikan pada-Mu hal hal diluar kuasaku. Aku menyimpan baik baik kenangannya, mengurai kain panjang menutupi tubuhku dan berkata “Ternyata tidak bersama-Mu sungguh seburuk itu. Di wilayah mana aku bertahan, di waktu kapan aku meminta, Engkau Tuhan dengan kasih sayang yang tetap sama. Ya Allah, aku manusia dengan hati yang kurang bersih, yang turut mengantri Rahmat-Mu. Meski lumayan sesak bersaing dengan lautan manusia lainnya, barangkali di antara yang beruntung itu aku. Sungguh, banyak yang harus dituntaskan di berbagai situasi, maka alih alih bersandar sembarangan aku menjadikan-Mu sebagai satu-satunya yang kupilih”

 BIODATA PENULIS

Novita Putri, aku biasa dipanggil Novita. Lahir di Probolinggo 20 November 1999, tahun ini usiaku genap 24 tahun, aku menyukai kegiatan membaca dan menulis karena itu aku seseorang yang seringkali sibuk memikirkan bagaimana mengutarakan isi kepala dengan cara dan versi ku sendiri, semoga TPA-TB IT Permata 2 dan “Sekolah Islam Terpadu Permata” menjadi salah satu wadah positif aku untuk terus berkembang menjadi seorang muslimah yang baik dan terus taat dijalan Allah, aamiin. Semoga ceritaku dan tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain, aamiin.

 

 

 

1 Review

5

Write a Review

One thought on “CAHAYA ITU”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *