Pengalaman Terbaik Bersama Anak-Anak Surga

September 23, 2023 5 Comments

Tak terbayangkan untuk mengajar kembali. Setelah sepuluh tahun fokus menjadi seorang ibu rumah tangga, profesi yang tak mengenal jam kerja, UMR, dan kenaikan pangkat / golongan. Seperti memulai lagi hal yang baru, meski sepuluh tahun sebelumnya sudah pernah icip-icip mengajar. Saya mengenal Sekolah Islam Terpadu Permata, di awali dengan masuknya anak pertama saya di KBIT Permata1, lanjut anak kedua dan ketiga. Alhamdulillah lokasinya dekat dengan rumah saya. Berawal dari ajakan bu Ciplis Tri Handayani, Kepala Sekolah KBIT Permata 1 waktu itu. Perkenalan dengan beliau dari terpilihnya saya sebagai ketua komite paguyuban orang tua KBIT Permata. Waktu itu, Permata berencana membuka lembaga ‘day care’ untuk anak usia balita, juga ada lowongan sebagai tenaga pendidik di Klinik Autis Permata, lembaga yang khusus menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Beliau mengajak saya untuk bergabung dengan memilih salah satu lembaga tersebut. Setelah berdiskusi dengan suami, dengan beberapa pertimbangan saya pun memutuskan untuk bergabung sebagai tenaga pendidik di Klinik Autis Permata.

Akhirnya saya kembali berkiprah menjadi guru. Meski bukan hal yang baru, tetapi setelah hampir sepuluh tahun tenaga dan pikiran lebih tercurah kepada kesibukan sebagai istri dan ibu, saya perlu mempersiapkan diri, lebih tepatnya mengatur waktu, tenaga dan pikiran saya, agar tugas utama sebagai istri dan ibu tidak terabaikan. Perasaan luar biasa ketika saya kembali mengajar, adalah saya bisa kembali membahagiakan almarhum ibu. Beliau awalnya kurang berkenan ketika saya memutuskan berhenti mengajar, lalu mengikuti suami ke Probolinggo. Ada rasa berat, karena di Malang saya dipercaya mengajar di empat sekolah swasta. Tak ada yang lebih membuat orang tua bangga, ketika melihat anaknya bekerja, berkesempatan untuk memanfaatkan ilmunya, setelah lulus kuliah. Masih teringat jelas, betapa ibu yang paling antusias, dan selalu bercerita pada teman-temannya, ketika saya kembali mengajar. “Alhamdulillah, Ifit (my nick name) saiki ngajar maneh, sing di ulang arek-arek sing durung iso ngomong, sing umek ae, mendahe lek ngajar yo opo, alhamdulillah..”, begitu yang disampaikan ibu ke teman-temannya. Ya Allah…. al Fatihah untuk ibu tercinta…Love youuu. Dan Bismillah… Juli 2010 saya bergabung di Satuan Paud Sejenis Permata. Semoga apa yang saya lakukan tercatat sebagai ibadah yang pahalanya mengalir sebagai amal jariyah almarhum ibu dan bapak tercinta.

Benar-benar the real new experience. Bukan tentang menjadi gurunya. Yang benar-benar baru bagi saya saat itu adalah pengalaman yang saya dapatkan, karena murid yang dihadapi benar-benar spesial. Menghadapi siswa spesial, bukan hanya tentang prepare ilmu mengajar, tentang teknik dan bagaimana strategi mengajarnya, tetapi juga bagaimana memanagement hati. Menata hati untuk tetap ‘stabil’, campur aduk antara gemes, gregetan, senang, bingung, bahagia, kesal, bahkan galau. Seperti naik roller coaster rasanya. Ada saatnya siswa yang dihadapi tiba-tiba menangis keras, atau tertawa terbahak-bahak, tanpa tahu penyebab pastinya. Kadang menjadi marah sejadi-jadinya hanya karena kertas lusuh yang digambarinya tidak ada di tas nya, atau karena bungkus pengharum ruangan yang dibawanya kemana-mana diambil gurunya. Kadang anak menatap lekat ke gurunya, dan tak kunjung merespon aktivitas belajarnya, meski hanya untuk menirukan gerak sederhana, tepuk tangan misalnya atau ketika dipanggil namanya tapi tak juga mendekat ke gurunya. Kita ajak main menirukan manipulasi benda, misalnya ‘memukulkan mainan palu’, lha kok palunya malah diputer-puter saja atau diciumin. Beda lagi ketika menghadapi anak dengan down syndrome, gurunya bisa mati gaya. Bagaimana tidak mati gaya, ketika diarahkan atau diinstruksi melakukan sesuatu, si anak cuma senyum-senyum, sambil angguk-angguk kepala, main mata, Ya Allah…. gemessss kudu tak kremes… hihihihi…. emangnya krupuk. Nano-nano rasanya.

Dengan latar belakang pendidikan S1, Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, bukan hal yang mudah untuk kemudian mengajar anak berkebutuhan khusus, yang jelas berbeda jauuh dengan latar belakang pendidikan saya. Alhamdulillah, ada Bu Rudiana Catur Prasetyo, yang mendampingi sekaligus menjadi mentor saya selama masa training. Beberapa teman sejawat juga tidak pernah pelit berbagi ilmu dan pengalaman tentang seni mengajar anak-anak berkebutuhan khusus ini. Lembaga SPS juga beberapa kali memberi saya kesempatan mengikuti pelatihan dan workshop yang berkaitan dengan program dan pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Selain memberikan bekal keilmuan mengajar, SPS yang tergabung dalam Sekolah Islam Terpadu Permata juga memberikan bekal spiritual, untuk memperkuat guru secara ruhiyah dengan nilai-nilai Islam.

Murid pertama yang dipercayakan untuk saya dampingi, adalah anak dengan spesifikasi Global Development Delay. Anaknya mungil, matanya kecil ehmm seperti sipit, tapi sipiiiiit sekali, anak chinese, jari jemarinya kecil pula. Dan polahnya kayak bos pula. Adeklah (kata orang madura)…jika diinstruksi melakukan sesuatu, misal ‘ambil …..(sesuatu)’ dia hanya geleng-geleng kepala, malah ikut-ikut nunjuk juga. Anaknya usil sekali, hobi banget ngerjain gurunya, meski jatuh atau kejedot tembok dia tidak menangis. Tetapi jika diambil barang-barangnya, misalnya tas, botol minumnya dia akan menangis sejadi-jadinya.

Kejadian menarik mengajar anak spesial yaitu ketika mengajar anak down syndrome. Waktu itu, anak saya yang paling kecil ikut mengajar, sepulang sekolah dari KBIT Permata. Saya ajak dia masuk juga ke dalam kelas, saya arahkan dia untuk bermain dengan murid saya saat itu. Keduanya pun cukup asyik bermain masak-masakan. Yang lucu, murid saya berimajinasi menjadi guru dan anak saya dijadikan sebagai muridnya. Anak saya mengikuti saja apa yang dilakukan si murid. Kemudian, saya keluar kelas sebentar, untuk mengambil sesuatu, lah kok dilalah..pintu kelas ditutup dan dikunci. Saya ketuk pintu, dan berusaha membujuk murid saya untuk membuka pintu, tapi dia tetap asyik bermain menjadi guru, sesekali dia melihat ke arah saya dari jendela kecil di pintu. Dia hanya senyum-senyum, sambil menunjuk ke arah anak saya dan mainan yang di display di atas meja. Anak saya mulai terlihat cemas, dia mulai menangis, tapi murid saya tetap asyik mengajaknya main. Beberapa guru membantu membujuk si murid untuk membuka pintu, dengan diiming-imingi makanan, mainan, apa pun. Mungkin sekitar 15 menit kemudian, dan tangis anak mulai keras, si murid pun membuka pintu. Dengan santai dia membuka pintu, lalu mengusap kepala anak saya…. ya Allah…. gimana gak gemes, antara gregeten, marah, campur panik, dan….. lucu juga.

Perlu menyiapkan banyak strategi ketika mengajar anak berkebutuhan khusus. Perilaku yang random dan kadang susah ditebak, membuat guru harus siap dan berpikir cepat untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Untuk mengajarkan satu program bisa membutuhkan 4 – 6 strategi.  Misalnya ‘membentuk kemampuan memperhatikan’. Guru harus menyiapkan beberapa strategi (aktivitas), seperti ‘memasukkan kancing / pom-pom ke jar, memasang puzzle, menyusun ring, bernyanyi sambil tepuk tangan, dan sebagainya. Dalam program ‘kemampuan memperhatikan’ bukan saja membentuk kemampuan kontak mata ananda, tapi juga membentuk kemampuan ananda memahami apa yang dilihatnya, lalu memberikan responnya. Sebagai ilustrasi, ketika guru  menunjukkan ‘kepingan puzzle’ untuk dipasang, anak tidak saja dituntut untuk melihat ‘kepingan puzzle’ yang ditunjukkan, tetapi juga paham ‘apa yang harus dilakukan dengan kepingan puzzle tersebut.

Yang utama dan pertama dalam program anak berkebutuhan khusus adalah membentuk kemampuan melakukan ‘kontak mata’ (terutama bagi anak dengan ASD, ADD dan ADHD) dan perilaku belajar. Mengapa harus kontak mata? Karena kontak mata merupakan bentuk komunikasi non verbal yang memiliki peranan penting dalam komunikasi. Dengan melakukan kontak mata saat berbicara, maka pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah ditangkap. Anak dengan ASD atau ADHD secara umum minim kemampuan kontak matanya, bahkan cenderung menghindari. Secara logika, bagaimana materi / program bisa diterima murid, kalau mereka tidak memperhatikan kita.

Perilaku belajar, yang termasuk di dalamnya adalah duduk tenang, kemampuan merespon arahan lisan, dan kemampuan memperhatikan, merupakan program dasar bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Anak dengan ASD / ADHD secara umum belum mampu untuk duduk tenang, kalaupun mereka sedang duduk tenang, karena mereka melakukan aktivitas yang mereka inginkan, tetapi seringnya aktivitas yang mereka lakukan tidak terarah, misalnya bermain menyusun ring, mereka hanya memasukkan ring ke pasaknya, kadang urut dari besar – kecil, kadang acak, lalu dituang lagi, dan diulang lagi. Dengan perkembangan emosi yang rata-rata masih berpusat pada diri sendiri, menyebabkan mereka sering menunjukkan penolakan ketika diarahkan untuk melakukan kegiatan terstruktur dari guru pembimbingnya.

Sebagai salah satu lembaga yang masuk dalam Sekolah Islam Terpadu Permata, Satuan Paud Sejenis Permata, tidak hanya berkomitmen membentuk perilaku anak didik sesuai usia perkembangannya, tetapi juga menyelaraskan dengan nilai-nilai dalam ajaran agama Islam. Untuk itu pembentukan akhlakul karimah menjadi salah satu misi dari lembaga ini. Program yang diberikan berupa pembiasaan perilaku islami, seperti membiasakan berdoa sebelum dan sesudah belajar, mengucapkan dan menjawab salam, pembiasaan sholat dan wudhu (lebih kepada membiasakan gerakan sholat dan wudhu), untuk siswa yang sudah verbal, diajarkan menirukan membaca beberapa doa sehari-hari, dan surah-surah pendek.

Bergabung di Satuan Paud Sejenis Permata, bukan hanya menjadi guru bagi anak-anak surga, tetapi juga berusaha menjadi teman curhat, partner, kadang juga bestie bagi orang tua murid. Bukan hal yang mudah untuk ‘mengajak’ orang tua ikut ambil bagian dalam proses pembelajaran anak spesial mereka. Beberapa orang tua kadang bersikap pasif dan cenderung ‘pasrah bongkokan’ alias terima jadi bagaimana menstimulasi perkembangan anak mereka. Kadang terasa lebih ‘riweh’ menghadapi orang tua, daripada anaknya.

Dari semua pernak pernik yang terjadi setelah 13 tahun bergabung di Satuan Paud Sejenis Permata, membuat saya semakin kaya. Bukan kaya materi, tetapi kaya akan pengalaman yang pastinya menjadi tambahan ilmu, juga ‘kaya’ hati. Bagaimana tidak menjadi ‘kaya’, beragam pengalaman saya dapatkan ketika menghadapi murid spesial, meski dengan spesifikasi yang sama, misalnya sama-sama ASD, tetapi mereka tetap memiliki keunikan tersendiri. Dan menjadikan saya ‘kaya hati’, karena membersamai anak-anak spesial ini mengajarkan pada saya tentang tidak mudah menyerah, sabar dan ikhlas. Dan menjadi partner para orang tua spesial menjadikan saya belajar bagaimana menerima, bersabar, dan selalu bersyukur. Tiga belas tahun bukan waktu yang singkat untuk mengabdi, tetapi terasa belum cukup untuk menjadikan diri sebagai guru sejati, karena ternyata bagi saya, murid-muridlah yang justru menjadi guru sejati saya. Poin yang paling penting membersamai mereka bukan dengan berbelas kasih yang berwujud melayani, tetapi membantu mereka memahami diri mereka sendiri, membimbing mereka untuk mandiri, ajari mereka mewarnai jalan hidupnya, yang nantinya akan membuat hidup mereka lebih berarti.

 

Biodata Penulis :

Nur Isnaini Fitriyah, S.Pd, lahir di Malang, 26 Nopember 1973. Masa kecilnya dan semua jenjang pendidikannya dilewati di kota Malang. Sekitar akhir tahun 2020, penulis mengikuti suaminya merantau ke kota Probolinggo. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jl. KH Hasyim Ashari, no. 95 Kota Probolinggo.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3 Reviews

Hani
5

Pengalaman terbaik bersama anak anak surga

MasyaAllah. Pengalaman adalah guru terbaik. Bukan hasil. Tp proses setiap langkah untuk maju yg penuh perjuangan tak akan pernah lupa

Ciplis
1

Pengalaman terbaik bersama anak-anak surga

MasyaAllah....Tabarakallah Bu Ai semoga lelah Bu Aini juga pahala untuk almarhum ibu tercinta

5

Write a Review

5 thoughts on “Pengalaman Terbaik Bersama Anak-Anak Surga”

  1. Ikut terharu Bu membaca tulisan Bu Aini spt baca novel…..tetap semangat yaa Bu Guru SPS Permata inshaAllah surga menanti Bu Guru SPS Permata sekolah di bawah naungan Yayasan Amanah.
    #sitpermata
    #miladyysn

  2. Baguuuuuuussss….
    Pas baca, kayak flasback ke jaman masih bareng-bareng…
    Semoga bu aini dan temen2 selalu sehat yaaaa…..

  3. Baguuuuuuusss….
    Kayak flashback jaman masih bareng-bareng di center….
    Semoga bu aini dan temen-temen sehat selalu yaaa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *