BERUNTUNG

September 23, 2023 0 Comments

Kurang lebih 20 tahun lalu, saya seorang yang hanya lulusan SMK dengan jurusan Tata Boga. 3 tahun setelah lulus sekolah, saya mencoba-coba mencari pekerjaan, dari sales kosmetik KW sekian yang nggak pernah laku karna ya saya pemalu, sampai penjaga warnet sudah saya lakoni. Kenapa nggak kuliah? Pernah ingin kuliah jurusan desain grafis, tapi harus keluar kota, karena di kota Probolinggo waktu jaman itu belum ada. Orang tua menolak karena selain biaya, juga khawatir jauh dari rumah. Jadi untuk kuliah saya skip sekalipun ada yang menawari kuliah murah. Lanjut coba-coba melamar kerja sebagai penjaga warnet yang lagi-lagi asal ngelamar, asal kerja. Padahal “skill” pengoperasian komputer saja, masih sebatas pencet tombol On di CPU, ngetik asal, dan modal pengetahuan komputer yang hanya banyak mencatat teori saja daripada praktek. Itupun banyak yang lupa, karna saya tidak mudah mengigat kalau nggak praktek langsung. Apalagi akses internet untuk sekedar browsing juga nggak punya pengetahuan sama sekali. Tapi dari sekian mata pelajaran, catatan pelajaran komputer yang paling rapi (mungkin sudah mulai tumbuh rasa tertarik IT) hehe.. Sangat nekat bukan?. Ya begitulah. Nggak menguasai komputer diterima di warnet? Iya saya diterima jadi penjaga warnet. Awal dibriefing oleh pemilik warnet, saya diberi pertanyaan, “kamu tahu kenapa kamu saya terima? Padahal banyak pelamar disini yang lulusan S1 (sambil menunjukkan surat pelamar lainnya yang beberapa tumpuk). Saya jawab “saya tidak tahu pak.” Kemudian beliau memberi tahu alasan kenapa saya diterima “karena kamu jujur, mengakui tidak bisa mengoperasikan komputer, daripada yang lain, punya gelar S1 mengaku bisa, tapi setelah kerja ternyata tidak bisa. Mulai besok kamu bisa kerja disini, tapi karena kamu belum menguasai komputer, nanti bulan pertama gaji kamu saya potong, anggap saja untuk kursus komputer. Dan kamu saya target 3 bulan harus bisa menguasai, termasuk kalau ada komputer trouble”. Nggak tau kenapa saya menyanggupi “iya insyaAllah Pak”.

Ternyata dibalik target 3 bulan harus menguasai komputer dengan segala masalahnya, saya ditinggal mudik oleh pemilik warnet ke kampung halaman istrinya. Ya mereka adalah pasangan muda yang mempunyai bisnis warnet wartel dan pengetikan dalam satu tempat. Padahal beliau punya 1 karyawan laki-laki yang sudah lama bekerja disitu. Awalnya saya nggak punya pikiran apapun, tiba-tiba sebelum beliau berangkat, saya diamanahi membuat laporan setiap hari kegiatan warnet secara empat mata tapi tidak beserta uangnya. Setelah berlalu, ternyata pegawai yang lama ada ketidakjujuran dalam bekerja. Terkesan banyak drama memang, padahal cuma pegawai warnet. Ya kenyataannya memang begitu, walau bukan tempat jual jasa yang sangat besar, tapi ditempat itu tidak sembarangan dan bukan tanpa aturan.

Berjalan beberapa bulan bekerja di warnet, saya memutuskan mengundurkan diri karena suatu hal yang menurut saya sudah mulai tidak nyaman. Saya benar-benar beruntung, selain bekerja, saya mendapat ilmu yang bagi saya luar biasa walau nggak mahir komputer.

Suatu hari dalam masa menganggur, tiba-tiba ada Teman Bapak saya silaturahmi ke rumah. Beliau datang dengan bermaksud mengajak saya mengaji bersama istrinya. Awalnya saya menolak, maklum pikirannya untuk urusan akhirat masih tipis, setipis tisu dibagi 4. Sholat saja masih bolong-bolong, baca Al Quran nggak lancar. Saya adalah orang yang nggak pernah ngoyo dalam hal apapun, nggak pernah punya ambisi, lempeng-lempeng aja. Akhirnya mau nggak mau saya menuruti “keinginan” Bapak untuk ikut mengaji. Ya Bapak saya sepertinya menghawatirkan saya yang hanya di rumah, apalagi bekal agama yang kurang. Hidup di tengah kota yang juga kurang sosialisasi. Bicara saja irit, apalagi berinteraksi dengan banyak orang, itu sudah membuat saya mumet dan capek, karna sukanya menyendiri. Berteman saja setelah lulus sekolah ya hanya satu orang yang akrab dan itu juga sudah lolos kriteria jadi teman saya versi Bapak.

Setelah saya ikut mengaji kurang lebih satu tahun, saya ditawari bekerja di SIT Permata sebagai pengasuh oleh guru ngaji saya. Tanpa ba bi bu, lagi-lagi saya terima tawarannya, kebetulan saya sudah biasa momong keponakan sejak SD, bantu mengurus, menyuapi dan sebagainya. Karna saya suka anak kecil. Walau pandangan orang lain tentang saya ini ekpresi yang kaku, judes, nggak grapyak kalau kata orang jawa. Padahal saya merasa biasa saja.

Dengan modal Bismillah saya melamar kerja di SIT Permata Kota Probolinggo, tepatnya di TPA IT Permata Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo pada tahun 2006. Setelah saya diterima dan bekerja selama sebulan pertama, saya menemukan hal-hal baru, banyak kejutan yang tidak saya dapat diluar sana. Mau tidak mau saya harus berinteraksi dengan banyak teman, juga murid. Memaksa ekpresi yang tadinya katanya kaku, harus lebih lembut. PR besar sekali buat saya. Oh iya, hari pertama bekerja, Bapak saya bertanya “gimana hari pertama disana?”, saya jawab “ya, biasa aja, yang enak bisa sholat tanpa was-was”. Dulu bekerja di tempat lain, mau sholat aja nunggu sepi, dan buru-buru, mau wudhu aja ribet. “ya, Alhamdulillah kalau begitu” lanjut Bapak. Selang beberapa waktu, guru ngaji saya juga bertanya “gimana dik, betah di TPA?” “Alhamdulillah, Bu… serasa rumah kedua bagi saya” J.

Selama di TPA, kegiatannya mengajar bergantian dengan pengasuh lain (dulu murid TPA masih belum bergabung dengan murid KB waktu pagi), menemani makan siang, membuatkan susu, menemani tidur, dan memandikan di sore hari. Semua berjalan seperti biasa. Sesekali membantu kepala sekolah di kantor untuk urusan komputer dengan modal ilmu yang saya dapat ketika bekerja di warnet dulu. Teman-teman maupun Guru-guru yang sudah senior, karena KB IT Permata didirikan sejak tahun 2000, dan kemudian TPA IT Permata masih usia 1 tahun yaitu berdiri pada tahun 2005. Semuanya menganggap kita pengasuh yang masih baru adalah sebagai adik mereka. Tidak ada kesenjangan apapun, semua sama, saling menyayangi.

Sekitar tahun 2009, saya diperbantukan di ABK Permata menjadi shadow atau asisten terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yang sekarang berganti nama SPS Permata. Selama menjadi asisten terapis, banyak hal yang saya dapat, walaupun saya mudah lupa. Banyak ilmu yang diikuti dari seminar atau workshop tentang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sebagai asisten juga tidak berlangsung lama, karena saya diberi amanah di kantor sebagai TU (Tata usaha) KB IT Permata pada tahun 2011 sampai sekarang.

Tidak mudah dan tidak semua berjalan lurus ketika dalam bekerja. Harus menyesuaikan diri, mengubah kebiasaan dan sebagainya. Sempat ingin mengundurkan diri, karena merasa tidak cocok dengan suatu perubahan yang menurut penilaian saya. Saya sampaikan keinginan mengundurkan diri pada Bapak. Tapi Bapak saya tidak meloloskan keinginan saya, Beliau memberi saya petuah “lakukan saja yang seharusnya dilakukan, walau katakanlah gajimu tidak seberapa dibanding bekerja diluar sana, kamu masih dihargai orang lain karena  “guru” (walau bukan guru). Dimana-mana bekerja nggak ada yang mulus, pasti ada ketidakcocokan. Kamu bisa ke Jakarta, berkat siapa kalau bukan karena Permata, kamu bisa pergi ke kota lain juga berkat siapa kalau bukan Permata” petuah ini juga pernah disampaikan Bapak pada Temannya sambil menangis haru yang waktu itu menawari saya mengaji. Bagi Bapak nggak mungkin bisa mengajak anaknya pergi ke Jakarta dengan keterbatasan secara dana. Walau dulu masih muda sudah kesana kemari bahkan ke Jepang. Akhirnya saya nggak jadi mengundurkan diri heheh. Kenapa dikit-dikit ke Bapak? Cuma ambil keputusan aja masih ke Bapak? Apakah saya anak Bapak? Tidak, bahkan kami sebenarnya adalah dua orang yang kalau bicara seperlunya saja, malah Ibu sebagai jubir antara anak dan Bapak. Ya dulu saya pergi ke Jakarta dalam rangka diminta menemani Ibu Kepala Sekolah, untuk menerima penghargaan TPA yang mendapat Juara III kategori TPA Inovatif tingkat Nasional tahun 2009. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Selama bekerja di TPA – KB IT Permata, saya mendapat banyak ilmu pendidikan, ilmu agama sudah pasti, dan pengalaman ke luar kota untuk mengikuti pelatihan. Dalam hidup, pertama kali ke luar kota sendirian sejak bergabung di SIT Permata. Lagi-lagi modal nekat karena nggak punya pengalaman naik kendaraan umum. walau anak rumahan yang nggak pernah kemana-mana, sok-sok an berani padahal aslinya takut juga heheh.

Alhamdulillah, saya bersyukur dan beruntung bisa menjadi bagian dari SIT Permata Kota Probolinggo. Bertahan sampai sejauh ini, sampai 17 tahun di TPA – KB IT Permata. Walau sempat ditawari pindah ke TKIT Permata beberapa kali, saya tetap memilih untuk tetap tinggal di TPA – KB IT Permata. Apakah saya merasa di “zona nyaman” yang ketika orang lain berlomba-lomba untuk mengupgrade diri? Iya saya merasa nyaman dengan kemampuan saya yang tidak seberapa ini.

Harapan saya untuk SIT Permata Kota Probolinggo semakin berkembang, semakin diminati oleh masyarakat yang di akhir zaman ini sangat dibutuhkan pembekalan agama yang kuat. Dan untuk Bapak yang selalu memotivasi, melindungi saya : Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hii wa’fu anhu.. Aamiin.

.

BIODATA PENULIS

Nama                          : Wahdini

Tempat, tanggal lahir  : Probolinggo, 2 September 1982

Unit kerja                     : KB IT Permata

  1. KH. HAsyim Ashari I/2 kecamatan Mayangan Kota Probolinggo

 

 

0 Reviews

Write a Review

One thought on “BERUNTUNG”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *