Gebrakan SD IT Permata!

September 23, 2023 0 Comments

Takdir Allah bagi saya bukan hanya indah, tapi begitu menakjubkan. Kalau anak zaman sekarang mengatakan “waaoo!!!”. Betapa tidak diusiaku yang ke 52 ini seringkali dalam kediamanku di ruang ukuran 6 x 5 meter ini, diantara riuhnya suara tawa dan celoteh para siswa-siswiku, diantara tumpukan koreksian hasil belajar siswa-siswiku, atau diantara padatnya kegiatan di luar jam pembelajaran di kelas, banyak hal-hal yang tak terduga kutemukan. Hal-hal yang menghantarkanku pada sebuah kedewasaan berpikir dan kedewasaan bersikap. Yang pada akhirnya ucapan syukur yang tak terhingga atas nikmat takdir-Nya.

Mentakdirkan saya berada di sini, berada di jajaran pendidik di sebuah Lembaga Pendidikan yang bernama Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata adalah kebanggaan sekaligus prestise. Bukan karena besarnya honor yang saya terima setiap bulan, juga bukan karena banyaknya hadiah-hadiah yang saya dapatkan dari wali murid yang hampir sebagian besar mereka adalah orang-orang ‘having’. Namun hal yang membanggakan adalah saya bisa mengaktualisasikan ilmu, kemampuan, dan juga pengalaman yang saya miliki dalam mendidik siswa-siswi saya. Mendidik anak bangsa yang buat saya tidak sekedar membuat mereka yang awalnya tidak bisa baca tulis berhitung, menjadi mahir atau bahkan expert. Akan tetapi bagaimana membuat mereka, di usia belia ini memiliki multi kepandaian. Terutama kepandaian spiritual menjadi tujuan utama saya dan the founding father.

Merealisasikan tujuan besar ini bukan hal mudah. Banyak ujian dan tantangan yang harus kami hadapi. Saya dan beberapa teman yang termasuk the founding father, yang memiliki visi dan misi yang sama terhadap pendidikan khususnya di kota kecil ini sudah menyiapkan diri, menggembleng wawasan dan keterampilan kami dengan berbagai macam pelatihan, pembinaan, workshop, seminar baik yang diselenggarakan baik oleh pihak Yayasan kami ataupun yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan di kota kami. Studi banding di berbagai sekolah bukan hanya sekolah islam, tapi juga menghadiri open house sekolah-sekolah ekspatriat bertaraf internasional semacam sekolah Ciputra, semua itu kami lakukan untuk menyiapkan diri kami sebagai motor penggerak di sekolah impian kami kelak.

Persiapan secara intelektualitas tidaklah cukup untuk mewujudkan cita-cita besar kami, kunci dari segala persiapan yang kami lakukan adalah persiapan ruhiyyah kami. Peningkatan maknawiyah kami serta kedekatan kami pada sang Kholik. Tentunya hal ini tidak sama dengan materi-materi, atau teori-teori yang kami dapatkan di pelatihan dan pembinaan pada umumnya.

Apa yang dibentangkan dan apa yang dilalui seorang hamba dalam kehidupannya, pastilah ada hikmahnya. Dan inilah hikmah yang saya temukan dalam kehidupan saya. Kehidupan tarbiyah bersama teman-teman di Probolinggo, setelah kami lulus SMA. Menghadiri kajian-kajian ilmu agama, dari satu masjid ke masjid yang lain. Menikmati pencerahan dari para ustad dan ustadzah motivator. Meningkatkan pemahaman diri akan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Atau bahkan ibadah harian kami senantiasa dievaluasi oleh para ustad/zah kami. Ini semua kami lakukan dengan penuh semangat. Dahaganya jiwa kami akan ilmu agama yang minim kami dapatkan dari orang tua kami, membuat hari-hari senggang kami sarat dengan kegiatan kerohanian. Semakin kami belajar semakin kami menyadari banyak yang tidak kami ketahui tentang dien ini.

Perjalanan dakwah yang kami lalui bertahun-tahun ternyata menjadi sebuah titik awal Allah menyiapkan kami untuk mendirikan Lembaga pendidikan yang berbeda dari yang sudah ada pada saat itu. Sebuah Lembaga pendidikan yang akan memberikan option bagi para orang tua yang mendambakan sekolah yang mampu membina bukan hanya aspek akademis namun juga aspek spiritual putra-putri mereka. Aspek utama yang nyaris tidak mendapat porsi jam yang layak di sekolah dasar kala itu. Aspek yang hampir tak tersentuh.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata begitulah nama sekolah kami. Nama yang masih asing bagi Masyarakat kota probolinggo kala itu. Namun bagi para praktisi pendidikan di tanah air ini, Sekolah Islam Terpadu bukanlah nama baru. Hampir di setiap kota di negeri ini sudah bermunculan sekolah-sekolah dengan  identitas Sekolah Islam Terpadu (SIT). Dan sekolah sejenis ini sudah memiliki jaringan yang menasional.

SIT memiliki kekhasan yang menjadi benang merah dari semua SIT yang tersebar di daerah-daerah. Selain menggunakan menggunakan kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Materi yang diajarkan di sekolah ini tidak terlalu berbeda dengan pendidikan pada sekolah umum lainnya. Hanya yang membedakan adalah proses pengembangannya, akan disesuaikan dan didasari oleh nilai-nilai Islam. Semua mata Pelajaran yang ada tidak akan lepas dari moralitas dan bingkai ajaran serta pesan nilai Islami itu sendiri. Sementara mata Pelajaran agama akan diperkaya dengan pendekatan kekinian, mampu memberikan manfaat serta kemaslahatan bagi semua.

Dalam proses perjalanannya SD IT Permata diwarnai berbagai dinamika hingga membuat  lembaga ini sebesar sekarang. Didirikan 17 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Juni 2006 di atas lahan yang tidak terlalu luas. Berada di tengah-tengah pemukiman warga membuat kehadiran SD IT Permata memberi warna tersendiri. Di tahun awal berdirinya lembaga ini hanya membuka satu lokal kelas, yang siswanya terdiri dari putra-putri para rekan sejawat, dan juga putra-putri ustad-ustadzah kami yang sebelumnya telah belajar di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Permata. Dengan tenaga pengajar yang terdiri dari kepala sekolah Ustadzah Yanti, dan dua tenaga pengajar ustadzah Nurul Chotimah merangkap Waka kurikulum, seorang tata usaha ustadzah Titis, dan saya sendiri merangkap waka kesiswaan. Kami juga dibantu seorang bapak yang bertugas sebagai office boy sekaligus waker sekolah, Pak Pur demikian kami memanggil beliau.

Tahun awal berdirinya lembaga ini menurut saya merupakan ‘gebrakan’ baru bagi model sekolah konvensional di daerah kami. Di tengah ngetrendnya gaya full day school kala itu, SD IT Permata yang usianya sangat belia, sudah memberanikan diri membuat model sekolah dengan suasana bak rumah sendiri. Membuat siswa nyaman berlama-lama di sekolah. Mulai dari belajar, bermain, beribadah, hingga makan dirancang sedemikian rupa sehingga mendorong siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab. Istilah ‘no pocket money’ bagi siswa menjadi peraturan yang membedakan kami dengan sekolah-sekolah negeri atau bahkan sekolah swasta di daerah kami. Dan untuk itu sekolah kami telah melengkapi tim khusus yang mensuplai, merancang, dan menyiapkan menu-menu makanan mulai dari snack hingga makan siang siswa dan guru. Yaahh, tim ibu dapur yang masha Allah jasa dan kontribusi mereka dalam menjaga stamina kami. Makanan halalan thoyyiban menjadi energi kami dalam beribadah dan beraktivitas. Menu makanan yang dihidangkan bukanlah makanan mewah dan mahal, namun menu rumahan yang diolah dengan doa. Berharap apa yang dimakan siswa-siswi kami menjadi keberkahan. Anak-anak, para menikmati hidangan yang diolah ibu-ibu dapur dalam adab yang tiada pernah lelah kami ingatkan dan saling mengingatkan.

‘Gebrakan’ lain yang sangat berani kami lakukan di lembaga ini adalah, menerima siswa berkebutuhan khusus!!! Yang pada saat itu dunia pendidikan belum mengenal istilah sekolah inklusi. Kami sudah menerima 2 siswa berkebutuhan khusus (ABK). Seorang anak difabel dan satunya anak autis. Padahal kami belum memiliki ilmu formal dalam menangani siswa spesial tersebut. Kami hanya berkeyakinan dengan kesabaran, kerjasama yang baik antara guru dan orang tua, serta doa yang tiada putus anak-anak istimewa itu bisa belajar, mendapatkan hak yang sama dengan teman-temannya yang lain dalam pendidikan.

Waktu berjalan demikian cepat, Pembangunan lembaga ini berjalan tiada henti. Baik fisik maupun sistemnya berusaha sekuat tenaga untuk diperbaiki, dipercantik, di up grade. Dan tak kalah pentingnya mengelola sumber daya manusiannya. Bukan kerja yang ringan mengelola guru dan karyawan, yang jumlahnya sekarang mencapai hampir 70 orang guru dan karyawan! 70 orang jumlah tenaga pendidik untuk ukuran kota kecil seperti Probolinggo ini sudah termasuk luar biasa. Belum lagi jumlah siswa kami sekitar 700 siswa. Prestasi demi prestasi yang membanggakan sekolah, serta mengharumkan wilayah gugus di mana SD IT Permata berada membuat kami harus semakin bekerja keras. Ibarat pepatah semakin tinggi berada di puncak maka terpaan angin semakin kencang. Itulah kondisi lembaga kami sekarang.  Kami sadar bahwa menjaga  atau bahkan meningkatkan kualitas pelayanan itu perlu dan harus dilakukan. Mengingat sudah banyak sekolah-sekolah negeri yang mengadopsi model lembaga ini. Melaksanakan sholat dhuha sebelum pembelajaran sudah mulai ditiru oleh sekolah-sekolah umum lainnya. Ada rasa bangga dan syukur saat lembaga pendidikan yang kami dirikan mampu merubah wajah pendidikan di kota ini. Keberadaan SD IT Permata di kota Probolinggo adalah anugerah.

Di usia yang ke 17 ini, ibarat usia remaja belia. Sweet seventeen adalah usia paling bersejarah bagi SD IT Permata. Banyak doa dan harapan dari seorang saya, yang begitu mencintai lembaga ini. Berharap lembaga semakin besar dan kuat. Besar dari namanya dan kuat dalam menghadapi besarnya ujian. Berharap para guru dan karyawan memiliki loyalitas dan menjadikan lembaga ini bukan hanya ladang rezeki tapi juga ladang dakwah. Berharap semoga kita semua para guru dan karyawan tiada lelah untuk membina diri, meningkatkan ilmu dan ruhiyyah kita, sehingga kita patut dan pantas menjadi teladan bagi murid-murid kita. Semoga dengan bertambahnya usia, sekolah ini semakin bisa mencetak para generasi Islam berkualitas. Aamiin aamiin aamiin yaa robbalálamiin.

BIODATA PENULIS

Sandyawati Enseptiana adalah seorang pengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo sejak tahun berdirinya 2006-sekarang. Dilahirkan di Surabaya pada 12 September 1971. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sawunggaling VIII Probolinggo pada tahun 1985, dan melanjutkan pendidikan di SMPN 21 Surabaya hingga kelas 1. Dikarenakan orangtuanya pindah kerja ke kota Probolinggo maka sekolahnya pun pindah ke SMPN 1 Probolinggo hingga tahun 1988. Menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Probolinggo tahun 1991. Karir pertamanya selepas lulus dari SMA adalah sebagai guru Bahasa Inggris di Lembaga Kursus Bahasa Inggris “Duvo Course” Probolinggo sejak tahun 1992-1995. Kemudian melanjutkan membuka bimbingan belajar yang diberi nama “Cempaka English Course”. Pernah menjadi tenaga pengajar di MTs Zainul Irsyad pada 1996-2000. Di sela-sela kesibukannya mengajar freelance penulis juga melanjutkan pendidikannya S1 PGSD di UPBJJ Universitas Terbuka dari tahun 2013-2015. Penulis bisa dihubungi melalui: Email: Enseptiana@gmail.com

0 Reviews

Write a Review

One thought on “Gebrakan SD IT Permata!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *