GAJI YANG CUKUP, MEMBAWA KE BAITULLAH

September 22, 2023 0 Comments

Saya mengajar di yayasan Amanah SIT Permata (TPA-KB IT PERMATA) kurang lebih 13 tahun. waktu itu, pandemi COVID-19 telah datang melanda negara Indonesia serta negara lainnya. Dimana waktu itu semua orang cemas, takut, gelisah dan juga bingung. Serta perekonomian masyarakat juga berdampak. Dipertengahan pandemi, Alhamdulillah yayasan kami, Yayasa Amanah SIT Permata dimana semua karyawan dan karyawati sudah terdaftar BPJS ketenaga kerjaan. Dan kami mendapat uang BPJS itu sebesar 1.200.000 pada waktu itu. Dan dari situ, awal saya dengan mengucap “Basmallah” mulai menabung dan mendaftarkan diri saya serta suami untuk umroh. Awalnya suami tidak yakin dengan keputusanku. Dan kita mencoba saling menguatkan, serta meyakinkan suami insyaallah dengan izin Allah kita bisa menabung. Kabar gembira ini saya ceritakan hanya ke salah satu teman saya. Kebetulan orang ini adalah kepala sekolahku di TPA-KBIT Permata. Beliau sangat senang mendengar berita ini. Dan saya kepada beliau untuk merahasiakan kabar gembira ini agar aku bisa istiqomah untuk menabung.

Setiap bulan saya selalu menyisihkan gaji saya untuk menabung umroh walaupun pengeluaran kami waktu itu sangatlah banyak. Tapi, kami tidak menyerah. Dan saya hanya berdoa dengan menangis kepada Allah SWT, jangankan orang lain mendengarkan tangisanku, suamiku saja tidak pernah mendengarkan tangisanku dan doaku kepada Allah SWT.

Dengan berjalannya waktu, Alhamdulillah New normal pun telah tiba, waktu itu masuk di bulan suci Ramadhan dimana semua karyawan dan karyawati SIT Permata melaksanakan pondok ramadhanselama tiga hari. Dan di hari pertama yang mengisi Taujiah adalah Ustad Abu Hasan dari kota jember, dimana tema beliau berkaitan dengan kita sebagai umat islam harus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari situlah, Aku lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. bulan ramadhan saat itu bertepatan di bulan april, saya belum ada berencana berangkat untuk menjalankan ibadah umroh, tapi hati ini sudah mulai terasa aku pengen sekali segera berangkat dan saya lihat uang tabunganku masih kurang.

Empat bulan telah berlalu, bertempatan di pertengahan bulan agustus, selesai sholat subuh suami sharing dengan ibu. Suami berkata” ibu..setelah saya lihat pemberangkatan haji ibu ternyata masih lama. Apa tidak sebaiknya ibu berangkat umroh dulu. Dan ibu berkata” iya sudah..aku mau berangkat umroh, tapi berangkat dengan kalian , kami berdua. Dan akhirnya dengan izin Allah SWT mempunyai rencana mau berangkat umroh di bulan oktober. Disitu lah kami mulai menyiapkan dukumen-dokumen seperti pasport, suntik minimitis, dan suntik vaksin 3 pun berjalan lancar. Selain menyiapkan dokumen pemberangkatan, saya juga harus menyiapkan pembelajaran selama saya nanti melaksanakan ibadah. Dan saya juga menyampaikan kabar gembira ini kepada kepala sekolah serta semua teman/guru di lembaga kami. Semua guru pun menangis bahagia mendengarkan kabar gembira ini, dan mereka juga tidak menyangka jika saya bisa berangkat umroh. Dan kabar gembira ini juga saya sampaikan kepada keluarga besar suami serta keluarga besar dari saya sendiri, mereka semua kaget dan bertanya-tanya dari mana kamu dapat uang dan bisa berangkat umroh? mereka semua menangis karena dari segi ekonomi menurut saudara, saya masih mungkin di bilang kurang (penghasilan suami gaji honorer dan saya guru PAUD).

Bulan oktober pun telah tiba dimana hati kami semakin gemetar. Dan tibalah tanggal pemberangkatan, sesampai kami di bandara King Abdul Aziz Kota MADINAH tidak terasa kami meneteskan air mata karena tidak percaya seperti mimpi. Pada akhirnya dengan seizin Allah SWT kami bisa menginjakkan kaki di kotanya Baginda RASULULLAH. Air mata pun keluar semakin deras setelah sampai di masjid NABAWI. Dan hari ke esokannya saya mengunjungi RAUDHO disitulah airmata saya keluar sangat deras sampai-sampai apa yang saya do’akan hampir tidak bisa saya ucapkan dari senangnya saya bisa mengujungi baginda Rosul. Hari kelima pun berlalu, kami berangkat menuju ke kota makkah. Sesampainya kami di masjidil haram kami masuk kedalam melalui pintu 79 dan di pertengahan masjid kami melihat ”ka’bah” yang seakan-akan muncul dari permukaan bawah tanah. Disitulah kami bersujud syukur kepada Allah SWT karena kami bertiga bisa melihat secara langsung (Kiblat seluruh umat islam se dunia) yaitu “ka’bah”. Yang awalnya kami hanya melihat gambar dan miniaturnya saja. dan di hari kedua di kota makkah selesai sholat subuh, kami hendak menuju ke hotel di dalam perjalanan di daerah WC 6 suamuku melihat temannya yang awalnya suamiku ragu untuk menyapanya di kira orang lain. Karena kebanyakan orang-orang disana semuanya hampir mirip. Dan dengan tegas dan tampa ragu akhirnya suami memanggil orang tersebut. Alhamdullilah orang tersebut menoleh dan ternyata betul beliau adalah pak nanang. Beliau ini adalah suami dari ustadzah Nurul guru SIT Permata dari SDIT. Dan di hari ketiga kami saling menghubungi (menelpon). Selain ada ustadzah Nurul, disana juga ada ustadzah Dina guru SIT Permata dari TKIT2. Di sana kita saling berkominikasi untuk ketemuan besok saat selesai sholat subuh.  Akhirnya selesai sholat subuh kami ketemuan di depan ka’bah di sekitar area depan King Abdul  Aziz. Kami saling berpelukan dan menangis karena kami tidak percaya rasanya seperti mimpi. Padahal kami tidak tahu jika kami sama-sama mau berangkat umroh. Rasanya kita bertiga seperti reuni SIT Permata di kota Makkah. Bayangkan saja gimana rasanya bertemu dengan orang-orang sama dari satu Yayasan Amanah SIT permata rasanya hati ini sangat senang dan tidak bisa kami ungkapkan.

Tibalah hari ke empat, dimana hari itu kami persiapan untuk mengambil miqot untuk melaksanakan tawaf wada (Tawaf terakhir/pamitan). Di situ saya merasa sedih dan air mata menetes tak terasa karena saya akan meninggalkan kota mekkah kota yang suci. Air mata terus mengalir dengan sangat deras, hati ini sangat lah sedih. Dan saat tawaf di laksanakan saya berdo’a kepada Allah semoga saya di segerakan kembali lagi mengunjungi B AITULLAH bersama keluarga, saudara, teman dan para tetangga. Selesai melaksanakan tawaf wada semua rombongan kembali ke hotel untuk beristirahat. Keesokan harinya sekitar jam 02.00 dini hari saya , suami dan ibu siap-siap mau ke masjid untuk Sholat Tahajud, subuh dan lanjut Sholat dhuha. Dan jam 08.00 kami kembali ke hotel untuk sarpan, selesai sarapan kami kembali ke hotel untuk nyiapkan koper di taruk di depan kamar. Selain itu, kita juga siap-siap untuk check out dari hotel mau menuju ke kota jeddah untuk kebandara. Di kota jeddah kami jalan-jalan sebentar setelah itu, rombongan menuju ke bandara. Sekitar jam 16.00 kami sampai di bandara, disitu kami melakukan pengecekan dan lain-lain. Jam 20.00 kami melakukan penerbangan ke Indonesia.

Dari sini lah saya bersujud syukur dengan atas seizinnya Allah SWT saya sekeluarga bisa berangkat ke baitullah untuk melaksanakan ibadah umroh yang awalnya saya pesimis dan bertanya-tanya ” Apakah saya bisa? dan dari mana uang untuk ke baitullah?”. Dan saya juga bersyukur disana saya juga bertemu saudara-saudaraku dari Yayasan Amanah SIT Permata. Alhamdulilah dengan gaji yang cukup dan penuh berkah ini, saya bisa membawa keluargaku ke BAITULLAH.. Allahu Akbar.. intinya “Allah tidak memanggil orang yang kaya, tetapi Allah akan memampukan orang yang rindu, dan yakin”.

 

BIODATA PENULIS

NAMA                                      : EKA HINDUN KUMALASARI, S.Pd

TEMPAT TANGGAL LAHIR : PROBOLINGGO, 06 MARET 1989

ALAMAT SEKOLAH               : TPA-KB IT PERMATA

JL.KH.HASYIM ASHARI ½ KOTA PROBOLINGGO

TMT/MASA KERJA                : 15 MARET 2010 / 13 TAHUN 6 BULAN

EMAIL                                      : ekahinduno6@gmail.com

0 Reviews

Write a Review

One thought on “GAJI YANG CUKUP, MEMBAWA KE BAITULLAH”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *