MUHASABAH DIRI

September 24, 2023 0 Comments

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Ijinkan saya memulai menuliskan apa yang saya rasakan, yang saya dapatkan dari makna kalimat “Untuk apa kita diciptakan” sebagai bekal pembelajaran hidup bersama orang-orang tersayang. Karena memang sejatinya, kita hidup untuk mempersipkan bekal terbaik untuk menuju syurga-Nya kelak. Dan itu semua, saya dapatkan ketika menjadi bagian dari keluarga besar SIT Permata Kota Probolinggo, salah satu bagian fase penting dalam perjalanan hidup.

Jika ditanya soal kisah inspiratif, sebenarnya saya sendiri bukan seorang pekerja yang ahli di bidang tertentu. Juga bukanlah sosok yang bisa memberikan kontribusi besar yang berarti. Tetapi, dengan mengikuti lomba kepenulisan ini, setidaknya membuat saya ingin memberikan apresiasi bagi diri sendiri atas tahun-tahun yang telah terlewati sekaligus ungkapan rasa syukur karena telah takdir menentukan saya berada disini, bergabung dengan orang-orang hebat di lingkungan SIT Permata Kota Probolinggo.

Awalnya, sama sekali tidak terbayang dalam gambaran bahwa pada akhirnya saya akan bekerja di lingkungan pendidikan. Saya merupakan lulusan sarjana SAINS, itupun karena juga tidak lolos mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa jurusan kesehatan. Dulu sekali, cita-cita saya ingin menjadi tenaga ahli kesehatan, karena pernah merasakan dan melihat ayah terbaring sakit. Jadi, bisa dibilang bekerja di lembaga pendidikan adalah kesempatan yang ditawarkan pada saat sedang ‘nganggur’ di rumah setelah masa kelulusan. Ya sudahlah, dicoba dulu, pikir saya!

Bergesekan dengan sesama rekan kerja, hingga dicibir dan dipandang sebelah mata, juga pernah saya rasakan. Dan sempat membuat saya bertekad ingin segera mengundurkan diri tidak lama dari sini. Ingin saya buktikan bahwa ada pekerjaan lain diluar sana yang pasti akan saya dapatkan, hanya untuk mematahkan omongan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas apa yang telah mereka ucapkan. Berbicara seenak sendiri seolah tak berhati nurani.

Tetapi pada akhirnya, sepertinya saya terkena efek ‘zona nyaman’. Bahkan mungkin malah terjebak didalamnya. Hari-hari dillalui, bulan berganti bulan, dan dari tahun ke tahun pun terus berjalan, saya pun masih disini. Berkutat di dunia pendidikan, terutama di bidang administrasi yang sama sekali tidak ada ‘background’ atau pengetahuan di bidang tata usaha sekolah. Dimana membuat suatu kesimpulan bahwa ternyata menjadi seorang operator sekolah itu susah-susah gampang. Intinya, wajib untuk ulet, tekun, dan sabar.

Jika tidak tahan mental dan siap uji, sudah pasti akan mengangkat ‘bendera putih’. Karena kita seolah di’paksa’ untuk mengikuti arus globalisasi zaman yang semakin tahun, data-data sekolah pun akan berbabis online. Artinya, kita pun kudu siap untuk ‘belajar’ kembali.

‘Zona nyaman’ yang saya rasakan, entah sama atau bisa juga berbeda arti dengan teman-teman yang lain. Mulai menikmati berinteraksi dengan siswa setiap hari, meski tidak masuk dan mengajar di dalam kelas. Mencoba ikut memahami karakter anak, terutama anak-anak dengan berkebutuhan khusus melalui guru pendamping masing-masing.

Karena dari mereka inilah, membuat rasa syukur itu selalu terucap atas semua rezeki yang telah Allah SWT atur. Dan juga rasa bangga kepada segenap orang tua siswa berkebutuhan khusus. Bagi saya, mereka adalah orang-orang ‘pilihan’ yang Allah SWT amanahkan untuk menjaga, mengayomi, dan mendidik supaya nanti anak-anak tersebut juga bisa mandiri seperti anak-anak lain pada umumnya.

Menjadi salah satu dari pegawai di lembaga TK Islam Terpadu Permata Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, membuat saya mendapatkan banyak hal. Istilah bahwa rezeki bukanlah hanya sekedar uang semata, kiranya ada benarnya. Karena rezeki, bisa berupa kita mendapatkan pekerjaan yang baik dengan lingkungan yang sehat. Dikelilingi orang-orang yang baik juga bagian daripada rezeki, untuk saling mengingatkan juga mendukung satu sama lain. Dan jika ingin melihat keseruan bermacam kegiatan belajar mengajar siswa di lembaga TK Islam Terpadu Permata, bisa mengunjungi akun media sosial kami seperti di channel youtube (TKIT Permata’s Channel), atau membuka akun facebook (Tkit Permata), serta laman instagram (@tkitpermata1).

‘Zona nyaman’ berikutnya yang saya rasakan ialah kenikmatan dalam menjalankan ibadah. Jika bekerja di tempat lain, belum tentu saya bisa melaksanakan kewajiban shalat wajib tepat waktu dan sesekali berjama’ah, terutama saat datang waktu dhuhur. Memiliki kesempatan rutin shalat sunnah dhuha sebelum memulai pekerjaan. Belum lagi selalu ada yang mengingatkan dan mengajak untuk berpuasa bersama di pertengahan bulan (ayyamul bidh) maupun di kala moment tertentu dalam kalender hijriyah.

Selain itu, disini kita difasilitasi untuk menjadi Generasi Al-qur’an. Sebuah generasi Tidak hanya terdapat dalam kurikulum pembelajaran siswa, kegiatan ini juga diperuntukkan baik bagi para pegawai yang sudah memiliki hafalan 30 juz maupun yang baru memiliki hafalan beberapa surat saja. Saya sendiri pun merasakan manfaatnya, tidak lelah untuk diingatkan supaya lebih sering berinteraksi dengan Al-qur’an, diantaranya membaca Al-qur’an atau tilawah dengan bacaan makharijul huruf yang benar, muraja’ah hafalan, dan juga menambah hafalan. Lalu muncul bisikan dalam hati yang pernah terucap, apakah nanti saya akan mendapatkan kenikmatan beribadah yang sama seperti ini, jika bekerja di tempat lain? Sungguh, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”.

Selanjutnya, selain sebagai pegawai Yayasan Amanah Kota Probolinggo, saya juga merupakan salah satu bagian dari wali murid yang memiliki dua anak di lembaga SIT Permata Kota Probolinggo. Selama kegiatan parenting yang melibatkan segenap wali murid dalam berbagai macam tema sekolah ataupun agenda yayasan, dimana saya menjadi bagian dari panitia, mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan karena mau tidak mau akhirnya ikut menyimak pemaparan materi ketika ada narasumber menjelaskan. Karena sebagai seorang ibu, dalam pengasuhan selalu ada proses belajar berkesinambungan. Seperti yang diutarakan dalam hadits yang berbunyi, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian“.

Berbicara kembali mengenai kisah inspiratif, bekerja di yayasan Amanah membuat saya dapat bertemu dan berkumpul dengan banyak orang serta karakter kepribadiannya masing-masing. Berinteraksi intens setiap hari, mendengar kisah hidup yang diceritakan, hingga kurang lebihnya dapat diambil hikmahnya. Bagaimana menjalani takdir yang sudah Allah SWT tetapkan bahkan ketika kita sedang ‘diuji’ seperti merasa hidup terpuruk penuh tekanan.

Di sisi lain, beliau-beliau ini menjadi seorang istri yang dituntut untuk selalu mendukung suami dalam beragam kondisi, suka maupun duka. Mendampingi tumbuh kembang anak-anak di rumah sebagai ibu, membimbing serta mendo’akan mereka menjadi insan yang mandiri serta unggul dalam berbagai aspek kehidupan peradaban manusia. Dan juga posisi sebagai anak yang masih memiliki kedua orang tua atau tinggal hanya salah satunya. Selalu menyempatkan sedikit waktu untuk sekedar menyapa lewat telepon, video call atau mampir membawakan sesuatu yang disuka. Maka, sosok-sosok inspiratif inilah yang saya jadikan ‘sang murabbi’, tempat saya bertukar pendapat, meminta saran juga bermuhasabah diri.

Tentunya, saya juga menyadari bahwa diri ini tidak sepenuhnya sempurna. Ada kalanya rasa khilaf menghampiri, terkadang pun ingin maunya sendiri. Merasa sudah melakukan pekerjaan dengan sepenuhnya, tetapi masih juga merasa kurang puas dengan yang sudah diberikan oleh yayasan. Maka dari itu, pendampingan diri yang difasilitasi oleh yayasan (pertemuan liqo rutin atau kegiatan jalasah ruhy) dirasa perlu untuk saya sebagai kontrol diri dan ‘cas baterai’ kondisi iman yang terkadang pasang surut.

Kalimat terakhir, yang melekat dalam benak saya ialah lewat lingkup pendidikan ini, merupakan jalan dakwah bagi kami dalam merangkul para siswa serta membentuk mereka menjadi Generasi Rabbani. Ikhtiarkan dengan cara yang paling baik. Ikhlas saja, maka selebihnya biarkan Allah SWT sebagai penentu dan penolong bagi hamba-Nya yang berserah diri. Wallahu A’lam Bishawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

 

BIODATA PENULIS

 Perkenalkan, nama saya Aisyah Al humairoh, tahun ini genap berusia tiga puluh empat tahun. Saya seorang istri sekaligus sosok ibu dari dua anak yang kini berusia enam tahun dan dua tahun. Saya menempati rumah sederhana bersama dengan suami dan anak yang beralamatkan di daerah bernama Kedung Bajul Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.

Ya, kami semua, saya dan kedua anak saya merupakan bagian dari keluarga besar SIT Permata Kota Probolinggo. Anak pertama, seorang siswi kelompok B, yang bersekolah di lembaga TK Islam Terpadu Permata Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Sedangkan si bungsu, merupakan siswa baru Tahun Pelajaran 2023/2024 di lembaga TPA-TBIT Permata Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Dan saya sendiri pun, mulai bekerja di Yayasan Amanah menjelang akhir tahun 2011, saat masih berstatus lajang atau belum menikah.

 

 

 

 

 

 

0 Reviews

Write a Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *