SANDALKU HILANG, USTADZKU SAYANG

September 19, 2023 0 Comments

Jika berbicara tentang lembaga pendidikan SIT Permata yang memenuhi  benak saya adalah SD IT Permata. Walaupun tidak hanya SD IT Permata sebenarnya. Dilembaga SIT Permata ini ada SPS, KB IT, PAUD IT, TK IT 1 dan 2 dan SMP IT. Hal itu karena memang selama ini saya  “bersama” SD IT Permata dengan niat dan semangat mengajar dilembaga pendidikan Islam yang menitik beratkan pada pembelajaran yang Islami, yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah dalam kurikulum kekhas-annya dan praktik – praktik baik lainnya.

Salah satu quality assurance yang tanamkan sejak dini di SD IT Permata adalah beribadah dengan kesadaran baik ibadah yang mahdhah maupun ghairu mahdhah yang di breakdown kedalam program terstruktur pada kegiatan harian, mingguan, bulanan dan semesteran. Diantara program tersebut adalah shalat Jum’at bagi siswa kelas 2 s/d 6 dan keputrian bagi siswi kelas 2 s/d 6. Sedangkan kelas satu dihandle langsung oleh korjen dan walas dengan materi yang sama.

Pelaksanaan program shalat Jum’at bagi siswa kelas 2 dan 3 sedikit berbeda tahun ini dengan tahun lalu. Pelaksanaan program shalat lalu berangkat dan pulang shalat jum’at dengan fasilitas armada angkot dan bergabung dengan siswa kelas 4 s/d 6 di kampus 2, sedangkan tahun ini shalat jum’at siswa kelas 2 dan 3 berangkat dan pulang dengan jalan kaki ke masjid yang lebih dengan kampus 1 jarak tempuh ± 10 menit. Hal ini bertujuan sebagai sarana ;  pertama memperkuat fisik, kedua menjadi syiar, dan yang ketiga insya Allah memperbanyak pahala. Pelaksanaan shalat jum’at siswa kelas 2 s/d 6 didampingi oleh semua asatidz dan karyawan. Program ini merupakan salah satu program bagaimana menanamkan sopan santun disepanjang perjalanan, membiasakan berdoa sebelum masuk dan keluar masjid, dan adab ketika dimasjid.

Memiliki anak atau siswa yang berkarakter baik, berakhlakul karimah merupakan dambaan dari setiap orang tua, guru dan sekolah secara umum. Praktik – praktik baik sesuai dengan ajaran agama Islam mulai dari hal yang paling sederhana pun harus diperhatikan, seperti makan dan minum dengan duduk, adab ketika bertemu asatidz asatidzah, bagaimana menghormati kedua orang tua dan menghargai teman, berempati dan simpati dengan teman sebagai cermin dari nilai – nilai persaudara yang terajut baik dan kuat penuh dengan kasih sayang.

Berempati terhadap teman yang mengalami musibah, curahan kasih sayang dari guru terhadap siswanya yang mengalami musibah harus dibuktikan tidak hanya teori belaka. Sebagai contoh, ketika ada yang kehilangan sandal sepulang dari shalat Jum’at. Pembelajaran dan pengalaman berharga yang penulis bagikan ini bukan karena hilangnya sandal atau sepatu, akan tetapi bagaimana anak – anak SD IT Permata menyikapi temannya yang kehilangan, respekkah mereka, pedulikah mereka. Begitu juga dengan reaksi para guru yang mendampingi perjalanan pulang pergi ke masjid, bentuk kasih sayang guru terhadap muridnya teruji dikala seperti itu. Yang menjadi luar biasa adalah karena kepulangan siswa dan guru dari masjid ke SD IT Permata kampus 1 ini berjalan kaki, yang sepanjang perjalannya melewati aspal panas.

Untuk cross check anak – anak apakah sudah keluar semua, maka salah satu dari asatidz yang sengaja keluar terakhir dari ruang masjid. Pada suatu saat sang ustadz menemukan 5 anak riwa – riwi di depan tangga masjid, sang ustadz lalu ditanya ;

“loh!, kenapa kalian masih riwa – riwi disini nak ?”

salah seorang dari mereka menjawab; sandalnya ini hilang ustadz, sambil menunjuk kepada siswa yang kehilangan sandal.

Sang ustadz mendekatinya dan bertanya; “sandalnya ditaruh dimana dan seperti apa sandal”, sang ustadz bertanya dan berusaha meyakinkan diri sendiri.

Si anak yang kehilangan sandal menjawab dengan nada sedih dan menangis ; “saya tadi natuhnya disini ustadz, sandalnya berbentuk doplin ustadz.”

Oo..dalam benak sang ustadz berbicara, sandalnya berkarakter nih rupanya..pastinya disukai oleh anak – anak lain.

Sang ustadz berbisik kepada anak kehilangan sandal; ” nak..yang ikhlas ya…kalau kamu ikhlas..sandal itu menjadi sedekah kamu yang Allah ganti dengan yang lebih baik, jika tidak di dunia, Allah ganti di akhirat nanti. Sandal kamu kan berkarakter ya..!, pasti ada anak yang suka sama sandal kamu, ikhlas kan ya nak…”,

Dengan suara lirih dan sedikit meratapi “kepergian” sandal dolpinnya ia menjawab ; “iya ustadz..sandal itu saya beli di Jakarta sama ayah dan mama, saya suka sandal itu, saya yang milih.”

Sang ustadz berusaha menghibur; “eeemmm..;) ntar kalau ke Jakarta lagi..beli dah.. sandal yang kamu sukai itu ya…”

“iya ustadz, iya..” jawabnya, sambil ucek – ucek mata habis nangis.

Salah satu dari temannya yang ikut mencarikan sandal yang hilang menawarkan ; “ustadz.. biar saya cengklek aja ya ustadz..,”

“oh..jangan nak.., tidak kuat kamu nak..” saut sang ustadz. Yang membantu dan yang dibantu postur tubuhnya sama, sama – sama masih mungil.

Sambil berbincang tersebut sang ustadz menawarkan ; “kamu mau nggak..pakai sepatunya ustadz,,”

Dengan tersenyum ia menjawab ; “aahh ustadz.. 🙂 sepatunya ustadz kan besar..berat lagi ustadz.”

Sambil garuk – garuk kepala (bukan karena gatal) sang ustadz menjawab ; “iya ya..berat..” maklum siswa yang kehilangan sandal adalah siswa kelas 2 yang tubuhnya masih mungil.

Ditengah perbincangan tersebut datanglah seorang ustadz dan bertanya ; “kamu kenapa nak..?” sang anak menjawab ; “sandal saya hilang ustadz..”

Dengan tidak banyak bicara ustadz tersebut menyodorkan sepatunya ; “nih.. kamu pakai sepatu ustadz ya..” lalu sang siswa tadi memakainya.

Sepanjang perjalanan dari masjid ke sekolah anak tersebut memakai sepatu ustadznya yang kebesaran itu, dengan jarak ± 500 meter. Lalu bagaimana dengan ustadz yang sepatunya di pinjamkan kepada siswa kehilangan sandal, dengan kebesaran hati dan keikhlasan yang kuat, ustadz tadi berjalan tanpa alas kaki di aspak jalan yang cukup panas, di bawah terik matahari yang menyengat. Si ustadz sedikit mempercepat jalan karena memang panasnya aspal jalanan, namun tidak meninggalkan siswa yang berjalan pulang dari masjid. Ketika sampai sekolah, dilihatlah telapak kaki si ustadz, Masya Allah..hitamnya aspal yang panas mampu menjadikan telapak kaki si ustadz juga terkontaminasi warna hitam dan panasnya aspal. Inilah pembelajaran yang sebenarnya. Bukan hanya teori tapi bukti nyata kepedulian, pengorban dan bagaimana berempati dan simpati itu menjadi jiwa.

Qadarullah, Jum’at berikutnya kehilangan terjadi kembali. Jum’at ini yang kehilangan sandal tidak hanya satu anak, akan tetapi malah 2 anak. Ternyata ketika ditanya, sandal yang hilang adalah sandal karakter, yaitu sandal kura – kura dan sandal BoBoiBoy. Memang saat ini pakaian berkarakter sangat diminati oleh anak, sehingga banyak memiliki pakaian tersebut, mulai dari baju, celana, sandal dan sepatu. Dalam kejadian yang sama tersebut, kembali si ustadz tadi memberikan sepatunya untuk dipakai dan ustadz yang lain ikutan meminjamkan sandalnya. Ada hal yang membuat penulis terenyuh yaitu ketika seorang ustadz berjalan tanpa alas kaki ada beberapa anak yang ikutan tidak pakai sandal, sandalnya dilepas dan dibawa. Melihat kejadian tersebut sang ustadz meleleh lantas mengatakan ;

“e e e..kenapa kalian ikut – ikutan tidak pakai sandal, panas loh nak..!”

Mereka menjawab ; “gak pa pa ustadz, kami mau barengin ustadz gak pakai sandal”. Bahkan anak yang kehilangan sandal mendekat ke ustadz yang meminjamkan sandalnya;

“ustadz..ustadz aja ya.. yang pakai sandal, saya biasa kok ustadz jalan gak pakai sandal.”   Mendengar seruan anak sholeh yang masih mungil tersebut luluh hati sang ustadz, “nggak pa pa nak…kamu aja yang pakai, kalau gak pakai sandal nanti kakinya melepuh, kalau ustadz gak pa pa,,kan kulit kakinya lebih tebal”.

Sepanjang perjalanan berulang kali si anak memberikan kembali sandalnya, tapi sang ustadz terus meyakinkan si anak bahwa ustadz baik – baik saja. Sebagai ikhtiar kebaikan bersama dipesankan kepada semua siswa bahwasanya pada jum’atan berikutnya pakai sandal yang biasa saja, sandal yang tidak berkarakter.

Kehilangan merupakan sebuah pengalaman hidup yang unik dan tentu saja membuat kita tertekan, sedih dan stres. Selain merasa sedih biasanya juga mengalami berbagai emosi disforik seperti gelisah, resah dan cemas. Perasaan sedih, resah dan cemas  ketika mengalami kehilangan dirasakan oleh semua kalangan, baik orang tua, dewasa, remaja, apalagi anak – anak. Jika teman, sahabat atau bahkan saudara mengalami hal tersebut apa yang harus kita lakukan ? Jika demikian adanya yang harus kita lakukan paling tidak adalah bagaimana kita menguatkan dan segera memberikan solusi jika hal itu harus dilakukan sebagai bentuk kepedulian kita, berempati dengan keadaan yang menimpa teman, saudara kita. Hal ini menunjukkan sikap ta’awunitas kita kepada yang sedang membutuhkan.

Tak ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuan dan kehendak-Nya, walaupun sehelai daun yang jatuh tertiup angin. Demikian juga dengan kita. Takdir Allah senantiasa mengiringi kehidupan, baik itu takdir haqiqi maupun takdir ikhtiari. Kita mendatangi masjid untuk shalat jum’at dengan meletakkan sandal atau sepatu dengan tertib dan rapi, bahkan ketika meletakkan tidak terlintas untuk hilang. Namun kenyataan yang terjadi adalah ketika keluar dari masjid ternyata sandal atau sepatu kita ada yang membawanya tanpa ijin. Yang pasti Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.

Berharap dengan adanya pembelajaran dan pembiasaan praktik baik berupa kepedulian, empati dan simpati ini menjadikan siswa siswi SD IT Permata ini secara khusus dan siswa sisiwi SIT Permata secara umum nanti mampu berkontribusi aktif mewarnai perjalanan peradaban Islam di nusantara ini dan menjunjung tinggi etika berbangsa dan bernegara. Adanya sungai Nil di Mesir juga ikut berperan dalam peradaban Islam di Mesir, begitu pula kiranya di kota Probolinggo ada SIT Permata yang juga mengambil peran layaknya sungai Nil yang mengalirkan air sebagai kebutuhan pokok makhluk hidup menuju muara yang sangat luas. SIT Permata merupakan sungai Nil yang tak henti – hentinya mengalirkan manfaat kepada sesama, mengantarkan siswa siswi tercinta menuju kehidupan yang religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Semoga bermanfaat. []

Biodata Penulis

Saidi, S.HI., saat ini berdomisili di kota pisang Lumajang dengan alamat Jl. Cempaka Bagusari Rt 02 Rw 15 Kel. Jogotrunan Kec. Lumajang Kab. Lumajang. Dengan riwayat pendidikan sebagai berikut ; Mengenyam pendidikan tingkat dasar di SDN Sotabar 01-Desa Sotabar-Kec. Pasean Kab. Pamekasan, pendidikan tingkat pertama di MTs Sabiilal Haq-Desa Kapong-Kec. Batumarmar Kab. Pamekasan. Tahun 1995-2000 nyantri di Ma’had Al Ittihad Al Islami (MII) Desa Camplong Kec. Camplong Kab. Sampang, dan pendidikan tingkat atas di MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) tahun 1997-2000 di tempat yang sama. Pendidikan Strata 1 di tempuh di STAIN-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al Syakhsiyah tahun 2000-2004. Nyantri di Ma’had Sunan Ampel Al Aly STAIN Malang tahun 2000-2001, Tahun 2001-2004 di beri amanah sebagai Musyrif di Ma’had Sunan Ampel Al Aly STAIN Malang.

Aktivitas sehari – hari saat ini sebagai tenaga pendidik di SD IT Permata Kota Probolinggo dibawah naungan Yayasan Amanah Probolinggo.

Alamat e-mail : saiditsani7878@yahoo.co.id / saidi.creank78@gmail.com

1 Review

5

Vie

Terharu sekali menyimpan pesan yang sangat mendalam.sangat berkarakter.semoga ustdz ustdzah selalu menjadi uswah hasanah untuk anak anak.amiin

Write a Review

One thought on “SANDALKU HILANG, USTADZKU SAYANG”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *